Selama ini paradigma yang berkembang tentang pengelolaan sampah di dalam masyarakat yaitu yaitu dari paradigma kumpul , angkut, dan buang sehingga sampah hanya dibiarkan menjadi barang yang tidak dimanfaatkan . Kesadaran masyarakat untuk memisahkan sampah organik dan non organik masih kurang dan biasanya langsung dibakar. Melihat letak Dusun Pedes yang terletak di dekat jalan raya dan salah satu universitas yang dilengkapi denganberbagai fasilitas pendukung menjadikan volume sampah baik organik maupun organik terhitung banyak. Pengolahan sampah harus dikelola dengan baik dengan merubah paradigmanya menjadi bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan terprogram. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pengembangan Bank Sampah yang merupakan kegiatan bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Pembangunan bank sampah ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memulai memilah, mendaur-ulang, dan memanfaatkan sampah,karena sampah mempunyai nilai jual yang cukup baik, sehingga pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru. Pembentukan bank sampah juga perlu diiringi dengan pembentukan kelembagaan yang baik. Kegiatan Bank Sampah tidak akan berjalan dengan baik dan sustain apabila tidak ada pengorganisasan yang baik didalamnya.
Sosialisasi |
Pemantapan Kelembagaan Bank Sampah RT 03 Pedes |
Kegiatan ini di awali dengan kunjungan ke Desa Metes sebagai mitra kami dalam pengembangan program-program terkait bank sampah. Untuk mempelajari kelembagaan dalam program Bank Sampah. Untuk kegiatan selanjutnya saya bekerjasama dengan mahasiswa lain dalam memperkenalkan bank sampah disertai dengan kelembagaannya memanfaatkan lembaga sosial yang sudah ada di dalam masyarakat seperti arisan per RT mulai dari RT 01-08 tiap minggunya. Jumlah peserta yang hadir dalam setiap arisan rata-rata berkisar 30-an orang. Proses sosialisasi kelembagaan bank sampah di lakukan selama 2 minggu. Secara keseluruhan respon warrga cukup baik. Berdasarkan hasil sosialisasi di dapati RT 03 dan RT 04 yang memiliki antusiasme dan motivasi lebih di antara RT lain. Melihat potensi ini saya berfokus pada pembentukan kelembagaan di RT03 dan RT 04 demi efektifitas dan efisiensi program. Harapannya RT tersebut nantinya dapat menjadi piloct project bagi RT lainnya di Pedes dalam hal pengelolaan sampah yang arif. Pada akhir bulan Juli RT 03 sudah mampu membentuk kelembagaan bank sampah meskipun masih sederhana. Kelembagaannya terdiri dari Ketua, Sekertaris, Bendahara. Sedangkan RT 04 belum mampu sepenuhnya membentuk kelembagaan bank sampah karena berbagai kendala.
Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan program ini, diantaranya:
1. Jadwal arisan beberapa RT yang berubah karena bulan puasa sehingga perlu disesuaikan. Kurangnya informasi sehingga mengundur sosialisasi untuk beberapa RT. Ini membuat program kurang efektif dan efesien.
2. Forum arisan yang dengan jumlah orang terkadang berbeda-beda bahkan cenderung menurun, dikarenakan bulan puasa yang sedikit banyak mempengaruhi motivasi dan semangat warga dalam beraktivitas.
3. Kurangnya keinginan warga dalam berpartisipasi dalam kelembagaan bank sampah karena kesibukan dan keengganan karena dianggap aktivitasnya kurang memiliki profit.
(INGGAR MAYANG S. - 10/305117/SP/24363)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar